terlahir dari broken home terutama ketika kedua orang tuanya bercerai
saat ia berumur 8 tahun. Kurt menjadi pemurung, dan sering menyendiri.
Ia menulis di tembok kamarnya “ I hate mom”, I hate Dad”, Dad hates mom,
mom hate dad, it simply makes you want to be sad. Sejak itu Kurt tak
betah di rumah dan sering keluyuran. Talenta musiknya terasah sejak
kecil. Tahun 1975 kurt kecil pernah ikut les drum dan jarang pulang.
Saat ulang tahunnya ke 14 ia dibelikan gitar oleh pamannya. Gitar itu
terus dimainkan siang dan malam. Ia amat fasih memainkan lagu Stairway
milik Led Zappelin, another one bites to dust milik queen. Melihat Kurt
keranjingan main gitar ibunya sangat khawatir hingga menyuruhnya
berhenti main gitar namun nasehat ibunya tak dihiraukannya.
Kegilaan
Kurt dengan musik sampai membuatnya keluar dari sekolah dan diusir
ibunya dari rumah. Kurt terus keluyuran tiap malam, bergabung dengan
komunitas musik, hingga sampai tidur di kolong jembatan, kelaparan
hingga mencari makan dengan memancing ikan di sungai. Suatu hari Kurt
menceritakan kepedihannya ini dengan lagu populernya Something In The
Way.
Kurt memiliki sifat pendiam, susah berkomunikasi, mempunyai
sifat menutup diri sehingga ia sulit menemukan partner band. Ia baru
menemukan partner setelah bertemu Cris Novoselic. Bersama Cris ia
mencari partner lain dan akhirnya bertemu Dave Grohl. Ketiga remaja ini
kemudian membentuk band Nirvana. Mereka bertiga adalah pemusik idealis
yang tak menghiraukan aliran musik, pakem pembuatan lirik, atau
aransemen musik. Mereka mengalir seperti kata hati nuraninya.
Lagu-lagunya pun banyak bercerita tentang pemberontakan, pemberontakan
sosial, dan kepedihan hidup.
Nirvana
terus melejit seperti meteor dalam dunia musik internasional setelah
menerbitkan album pertama mereka bertajuk “Bleach”, bahkan album
Nevermind mendapatkan penghargaan doble platinum. Kurt dan Nirvana
akhirnya terus berkeliling kota-kota besar di Amerika dan Eropa untuk
promosi album. Sambutan khalayak di dunia di luar dugaan. Nirvana dan
Kurt menjadi idola baru anak-anak muda di Eropa dan Amerika, jadwal
konser, pembuatan video klip dan semua kesibukannya sebagai superstar
membuat Kurt justru depresi. Ia menginginkan hidup secara wajar, bebas
tanpa tekanan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Mereka
dikejar-kejar penggemar, jadwal konser, jadwal promosi, pembuatan video
klip sebagai tuntutan bisnis dari perusahaan rekaman. Album-album
Nirvana meledak di seantero dunia. Gaya berpakaian, cara bermusik,
aliran musik mereka di contek abis oleh remaja di Amerika dan Eropa.
Kurt akhirnya kecanduan heroin yang semula digunakan untuk menahan rasa
sakit akibat maag kronis dan penyakit sciolisis yang dideritanya sejak
lama. Kurt berkali-kali masuk program rehabilitasi narkoba.
Puncak
depresi Kurt terjadi saat Kurt Cobain pingsan ketika konser di Munich
Jerman tanggal 1 Maret 1994. Sejak meninggalkan rumah sakit tanggal 8
Maret 1994 Kurt sering melakukan percobaan bunuh diri hingga istrinya
meminta bantuan polisi untuk mengawasinya. Tanggal 1 April 1994 Kurt
kembali masuk di panti rehabilitasi narkoba. Ia kemudian kabur dari
tempat tersebut tanggal 2 April 1994. Polisi akhirnya turun tangan
mencari keberadaan Kurt, baru pada tanggal 8 April 1994 seorang montir
listrik menemukan Kurt di garasi rumahnya dengan keadaan sudah
meninggal.
Sebuah Ilustrasi Kurt Cobain Sebelum Bunuh Diri
Sebelum
fajar, Kurt Cobain terbangun ditempat tidurnya. Televisi menyala,
menyiarkan acara MTV tetapi tanpa suara. Dia berjalan menuju stereo
setnya dan menyetel "Automatic for the People" dari REM, lalu menyalakan
sebatang Camel Light dan membaringkan diri ditempat tidur dengan
mendekap sebuah kertas ukuran besar dan sebuah pena merah di dadanya.
Dalam waktu singkat kertas kosong itu mampu menggugah niatnya untuk
menulis, menulis kata-kata yang telah dibayangkannya selama
berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun dan bahkan beberapa
dekade lamanya, namun dia tidak segera menulis karena kertas besar itu
terlihat kecil baginya, terbatas. Sebenarnya dia sudah menulis surat
pribadi yang panjang untuk istri dan anak perempuannya yang diletakkan
di bawah salah satu dari bantal-bantal yang beraroma parfum Courtney.
“Kamu
tahu, aku mencintaimu. Aku mencintai Frances. Aku minta maaf. Tolong
jangan ikuti aku. Maaf, maaf, maaf, (berulang kali ia menuliskan kata
“maaf” sehingga memenuhi kertas) maafkan aku. Aku akan selalu ada
(dicoret) - Aku akan melindungimu. Aku tak tahu kemana aku akan pergi.
Tapi aku tak bisa tinggal lebih lama disini.”
Untuk Boddah
Karena
ditulis oleh seorang tolol kelas berat yang jelas-jelas lebih pantas
menjadi seorang pengeluh yang lemah dan kenakak-kanakan, surat ini
seharusnya mudah dimengerti. Semua peringatan dari pelajaran-pelajaran
punk rock selama bertahun-tahun. Setelah perkenalanku dengan – mungkin
bisa dibilang – nilai-nilai yang terikat dengan kebebasan dan keberadaan
komunitas kita ternyata terbukti sangat tepat. Sudah terlalu lama aku
tidak lagi merasakan kesenangan dalam mendengarkan dan juga menciptakan
lagu sama halnya seperti ketika aku membaca dan menulis. Tak bisa
dilukiskan lagi betapa merasa bersalahnya aku atas hal-hal tersebut.
Contohnya, sewaktu kita bersiap di belakang panggung dan lampu-lampu
mulai dipadamkan dan penonton mulai berteriak histeris, hal itu tidak
mempengaruhiku, laiknya Freddie Mercury, yang tampaknya menyukai,
menikmati cinta dan pemujaan penonton. Sesuatu yang membuatku
benar-benar kagum dan iri. Masalahnya, aku tak bisa membohongi kalian.
Semuanya saja. Itu tidak adil bagiku ataupun kalian. Kejahatan terbesar
yang pernah aku lakukan adalah menipu kalian dengan memalsukan
kenyataan dan berpura-pura bahwa aku 100 persen menikmati saat-saat
diatas panggung. Kadang aku merasa bahwa aku harus dipaksa untuk naik
keatas panggung. Dan aku sudah mencoba sekuat tenaga untuk menghargai
paksaan itu, sungguh, Tuhan percayalah kalu aku sungguh-sungguh
melakukan itu, tapi ternyata itu tidak cukup. Aku menerima kenyataan
bahwa aku dan kami telah mempengaruhi dan menghibur banyak orang. Tapi,
aku hanya seorang narsis yang hanya mmenghargai sesuatu jika sesuatu
itu sudah tidak ada lagi. Aku terlalu peka. Aku butuh sedikit rasa
untuk bisa merasakan kembali kesenangan yang kupunya ketika kecil.
Dalam tiga tur terakhir kami, aku mempunyai penghargaan yang lebih baik
terhadap orang-orang, baik dalam kapasitasnya sebagai pribadi maupun
sebagai penggemar, tapi aku tetap tidak bisa lepas dari rasa frustasi,
perasaan bersalah pada diriku sendiri, dan empatiku pada semua orang.
Semua orang punya sisi baik dan milikku adalah bahwa aku terlalu
mencintai orang-orang. Saking cintanya itu membuatku merasa sangat
sedih. Aku adalah Jesus man, seorang Pisces yang lemah, peka, tidak
tahu terimakasih, dan sedih. Kenapa kamu tidak menikmatinya saja ?
tidak tahu. Aku punya istri yang bagaikan dewi yang berkeringat ambisi
dan empati dan seorang putri yang mengingatkanku akan diriku sendiri
dimasa lalu. Penuh cinta dan selalu gembira, mencium siapa saja yang
dia temui karena menurutnya semua orang baik dan tidak akan
menyakitinya. Itu membuatku ketakuta sampai-sampai aku tidak bisa
melakukan apa-apa. Aku tidak bisa membayangkan Frances tumbuh mennjadi
rocker busuk yang suka menghancurkan diri sendiri dan menyedihkan
seperti aku sekarang. Aku bisa menerimanya dengan baik, sangat baik,
dan aku bersyukur, tapi aku telah mulai membenci semua orang sejak aku
berumur tujuh tahun. Hanya karena mereka terlihat begitu mudah bergaul,
dan berempati, empati ! Kupikir itu disebabkan karena cinta dan
perasaanku yang terlalu besar pada orang-orang. Dari dasar perut mualku
yang serasa terbakar, aku ucaokan terimakasih atas surat dan perhatian
kalian selama ini. Aku hanyalah seorang anak yang angin-anginan dan
plin plan! Sudah tidak ada semangat yang tersisa dalam diriku. Jadi
ingatlah, lebih baik terbakar habis daripada memudar. Damai, cinta,
empati. Kurt Cobain.
Frances dan Courtney, aku akan berada di altar kalian
Kumohon teruslah hidup Courtney
untuk Frances
untuk hidupnya yang akan lebih bahagia
tanpa aku. AKU CINTA PADAMU. AKU CINTA PADAMU.
Meski
berat baginya untuk menulis surat pertama tadi, dia tahu surat kedua
yang akan ditulisnya akan sama pentingnya dan dia harus berhati-hati
memilih kata-katanya. Lalu dia menulis judul surat itu - “To Boddah” –
nama teman khayalannya sewaktu kecil. Dia menggunakan huruf-huruf kecil
yang ditulis dengan sangat berhati-hati dan menulis semuanya dalam suatu
kesatuan tanpa mengindahkan tanda baca. Dia menyusun kata-katanya
secara cermat, untuk memastikan kata-katanya jelas dan mudah dimengerti.
Setelah
selesai menulis surat, dimasukkannya kedalam saku dan dia bangkit dari
tempat tidurnya dan mengambil tas nilon berisi senapan, sekotak peluru
dan sebuah kotak cerutu berisi heroin dari lemari bajunya. Dengan
perlahan dia berjalan menuruni Sembilan belas anak tangga yang lebar.
Akan ada banyak darah, banyak sekali darah dan kengerian yang tidak dia
inginkan untuk terjadi didalam rumahnya, karena dia tidak ingin
menghantui rumahnya dan meninggalkan anak perempuannya dengan mimpi
buruk seperti mimpi-mimpi yang pernah dialaminya.
Kurt melewati
dapur, mengambil sekaleng root beer. Dia membuka pintu menuju halaman
belakang dan berjalan melewati teras kecil, berjalan dengan santai
menuju rumah kaca yang berjarak 20 langkah, menaiki tangga kayu dan
membuka pintu menuju taman. Dia duduk di lantai bangunan satu ruangan
itu, mengamati keadaan dari pintu depan. Layaknya seorang sutradara
hebat, dia sudah merencanakan hal ini sampai pada detail terkecil
sekalipun, sudah banyak gladi besih (percobaan bunuh diri) yang dia
lakukan beberapa tahun belakangan. Lalu dia mengambil surat dari
sakunya, masih ada sedikit ruang tersisa disitu. Dia meletakkannya di
lantai dan menulis dengan huruf yang lebih besar - “Kumohon teruslah
hidup Courtney, untuk Frances, untuk hidupnya yang akan lebih bahagia
tanpa aku. Aku cinta padamu. Aku cinta padamu.” – untuk mengakhiri
suratnya.
Dia mengeluarkan senapan dari tasnya. Lalu dia pergi ke
wastafel untuk mengambil sedikit air untuk memasak heoinnya lalu duduk
kembali. Dia mengeluarkan kotak berisi 25 butir peluru, membuka dan
mengambil 3 butir, memasukkannya kedalam magasin, mengokangnya, lalu
melepas pengamannya. Dia menghisap Camel Lightnya yang terakhir dan
meminum beberapa teguk root beer. Lalu Kurt mengambil plastic kecil
berisi heroin pada kotak cerutunya, heroin jenis black tar ala Meksiko
seharga 100 dolar – sebuah jumlah heroin yang banyak. Dia mengambil
setengahnya, seukuran penghapus pensil, dan meletakkannya diatas sendik.
Secara
cermat dan sangat ahli Kurt menyiapkan heroin dan alat suntiknya,
menyuntikkannya diatas siku. Dia meletakkan alat-alat itu kembali dalam
kotak dan merasakan dirinya melayang. Kurt menyingkirkan peralatannya,
melayang ringan dan makin ringan lagi, sementara nafasnya justru semakin
berat. Dengan kekuatan yang tersisa Kurt mengambil senapan yang berat
dan mengarahkannya kelangit-langit mulutnya, pelatuknya juga tidak kalah
berat dari senapannya. Ini mungkin akan sangat keras dia sangat yakin
akan hal itu. Dan kemudian dia pergi.
download MP3 nyaa