Powered by Blogger.
RSS

Musik Menyimpan Energi Terapi



Ketika membuat tulisan ini saya sedang mendengarkan lantunan musik intrumental karya Tohpati, salah seorang muisisi jazz top Indonesia. Musiknya begitu segar didengar, sangat cocok bila diputar pada pagi hari untuk menemani aktivitas kita. Apalagi ditambah secangkir kopi yang ikut menemani, aduhai enaknya. Banyaknya pekerjaan yang belum terselesaikan pun tidak lagi menjadi beban berat yang perlu dipikirkan. Segala pekerjaan sepertinya akan terasa lebih menyenangkan ketika ditemani lagu berjudul Khatulistiwa bergenre Jazz ini.

Beberapa pendapat menganggap bahwa musik adalah alunan jiwa, yang dapat mempengaruhi jiwa setiap orang yang mendengarnya. Seringkali seseorang yang sedang sedih akan sejenak melupakan kesedihannya dengan mendengarkan lagu-lagu rock. Ada juga seseorang yang suasana hatinya sedang sedih, tapi justru ingin semakin menikmati kesedihannya dengan mendengarkan lagu-lagu melankolis.
Musik seolah memiliki energi untuk membangun suasana dan mempengaruhi mood seseorang. Meski musik adalah sesuatu yang abstrak, tapi ia memiliki jiwa yang mampu meberikan energi kepada setiap pendengarnya. Tersusun dari bunyi-bunyian yang berasal dari segala materi yang ada di dunia, kemudian secara beraturan membentuk menjadi sekumpulan bunyi yang harmoni. Namun demikian hingga saat ini belum ditemukan pendapat maupun literatur yang secara pasti menjawab kapan musik itu mulai ada. Yang jelas musik sudah dikenal oleh para filosof besar terdahulu, salah satunya ialah Aristoteles yang berpendapat bahwa musik mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi reaktif dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Barangkali itulah salah satu alasan mengapa setiap negara di dunia ini memiliki lagu kebangsaan, yang diharapkan mampu memupuk rasa patriotisme setiap warganya.

Kita mungkin pernah merasakan suasana ketika lagu kebangsaan Indonesia Raya kita nyanyikan bersama ratusan atau bahkan ribuan orang pada setiap kali upacara bendera di sekolah, atau upacara kemerdekaan setiap 17 Agustus. Nyanyianya yang membangkitkan semangat, makna syairnya yang mendalam,  serta lantunan irama musik drum band yang mengiringi begitu menggelegar membuat bulu roma merinding. Pada detik itu rasanya kita seperti dibawa kembali ke sebuah zaman di mana para pahlawan dengan berdarah-darah mempertahankan tanah air dari para penjajah, dan musik membawa imajinasi kita seolah perjuangan tersebut terpampang di depan mata kita, layaknya sebuah film-film. Saat itu jiwa patriot kita mendadak muncul dan menebal seketika.

Gambaran suasana di atas memang hanya sebuah imajinasi penulis ketika sedang menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan terkesan didramatisasi. Tentunya imajinasi semua orang akan berbeda-beda satu sama lain. Namun terlepas itu semua, lagu Indonesia Raya beserta musiknya telah berhasil menyuntikan semangat nasionalisme baru kepada setiap rakyat indonesia yang menyanyikannya. Syairnya mengajak kita untuk selalu bangga terhadap Tanah Air. Lantunan nadanya menggambarkan ketegasan. Musiknya yang menggelegar menunjukan kewibawaan bangsa Indonesia.
Betapa besarnya pengaruh sebuah musik dalam membangun suasana dan mempengaruhi jiwa, artinya musik tidak hanya sebatas karya cipta manusia yang berfungsi sebagai hiburan semata. Mungkin dunia ini akan terasa hambar tanpa musik. Seperti halnya sebuah film horor tanpa sebuah soundtrack musik yang mengerikan, atau sebuah film percintaan tanpa soundtrack musik yang romantis. Atau mungkin Seperti sebuah pertandingan sepak bola tanpa yel-yel suporter.
“Tanpa musik hidup hanyalah kekacauan,”( Nietzche). Sang filosof juga bilang, bahwa musik itu pencerahan. Tak pernah ada orang bilang, musik itu jelek. Para ahli komunikasi kontemporer bahkan percaya, musik adalah medium komunikasi tak terkalahkan saat ini.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment